Sabtu, 19 Juli 2008

Sulitnya Mencontoh Mandela

AFRIKA SELATAN
Dikutip dari Rubrik INTERNASIONAL di Harian KOMPAS, Jumat, 18 Juli 2008 halaman 10

Pesta dan bersulang, bersukacita, sekaligus bersyukur atas ulang tahun ke-90 Nelson Mandela terasa sejak hari Kamis (17/7) di seluruh Afrika Selatan. Sebenarnya, sukacita dan syukur bagi Mandela berlangsung di seantero dunia.

Bagi sebagian besar warga dunia, Nelson Mandela adalah seorang warga favorit. Para bintang dunia sejak akhir Juni sudah membuat pesta berkenaan dengan usia ke-90 tahun Mandela di Hyde Park, London. Mandela menjadi contoh sosok pengampun. Juga sosok pemimpin yang sukarela menyerahkan kekuasaan kepada yang lebih muda.

Dua contoh yang dibuat Mandela ini merupakan barang langka di mana saja. Tidak usah jauh-jauh. Di Indonesia, pengampun merupakan barang sangat langka. Membakar, membunuh, dan bertikai, tetap saja marak, dengan berbagai alasan yang kadang sangat sederhana. Jangankan menyerahkan kekuasaan, tidak ada yang mau mengalah meski jelas kalah dalam pemilu.
Dari apa yang dibuat Mandela, maka semangat dari merayakan usia 90 tahun Mandela adalah untuk lebih mengumandangkan lagi contoh-contoh baik pria humoris itu. Tidak pernah terlihat bahwa dia sudah beberapa dekade berada dalam tahanan pemerintahan apartheid kulit putih Afrika Selatan.

Pemerintah Afrika Selatan sudah mengeluarkan prangko dengan gambar Mandela, bagian dari kado ulang tahun. Surat kabar lokal memberikan halaman khusus yang bercerita soal semua sepak terjang negarawan sepuh yang sangat dicintai dunia ini. Mandela dan keluarganya merayakan syukur di Qunu, Provinsi Eastern Cape, tempat kelahirannya. Sekitar 500 orang akan hadir.
Radio lokal membacakan kembali biografi Mandela, ”Long Walk to Freedom” yang mengisahkan 27 tahun Mandela dalam tahanan pemerintahan kulit putih. Mandela kemudian memaafkan para mantan penguasa kulit putih, sebuah rekonsiliasi yang kini menjadi ikon bagi upaya untuk menyelesaikan sengketa internal di sesuatu negara.
Harian The Star memberikan halaman depan untuk 10 tahun perkawinan Mandela dengan Graca Machel, janda mantan Presiden Mozambik Samora Machel. Graca berusia 52 tahun saat memilih menikah dengan Mandela yang tepat berusia 80 tahun. Keduanya sangat bahagia.
Ndileka Mandela, cucu Mandela, menuturkan, keluarga memberikan “sebuah kejutan” bagi sang kakek di Qunu. “Kami tak ingin berlebihan, di mana bisa jadi bukan kejutan lagi sebelum acara ini dimulai,“ ujarnya. “Ini hari spesial bukan saja bagi dia (Mandela), tetapi juga bagi kami,“, lanjutnya.

Banyak pesan dan kesan sudah dilakukan di berbagai tempat di dunia berkenaan dengan ulang tahun ke-90 Mandela. Konser di Hyde Park, London, memang membuat Mandela bergembira karena menghasilkan sejumlah dana untuk yayasan AIDS/HIV miliknya.
Akan tetapi, suatu hal yang mungkin menjadi kado istimewa bagi Mandela, ketika contoh-contoh kepemimpinannya yang pengampun, tahu diri, bisa diteruskan banyak warga dunia ini.
Sesuatu yang menyedihkan, seperti ditulis Reuters, penguasa Afrika Selatan saat ini tidak menjalankan warisan Mandela. Thabo Mbeki, yang menjadi penerus Mandela, belakangan dikecam karena gagal mengatasi AIDS, kemiskinan, krisis energi, kriminalitas, dan krisis politik di tetangganya, Zimbabwe.
“Mandela mempersatukan negeri, Mbeki menghancurkannya,“ tulis Financial Mail soal kondisi Afrika Selatan saat ini. Mbeki juga mendukung pemerintahan tak demokratis Presiden Robert Mugabe di Zimbabwe.
Apa pun itu, sungguh sulit untuk bisa memapak jejak baik Nelson Mandela. (PPG)

Tidak ada komentar: